Tembakau Jember

Tembakau Jember adalah tembakau yang digunakan sebagai lapisan kulit crutu, dipasaran dunia tembakau Jember sangat dikenal di Brehmen, Jerman dan Belanda. (Wikipedia 2011)

Institut Pertanian Bogor

Bermotto "Mencari dan Memberi yang Terbaik", Institut Pertanian Bogor menjadi universitas riset terkemuka di Asia dengan kompetensi utama pertanian tropika, berkarakter kewirausahaan, dan bersendikan keharmonisan.

Kabupaten Jember

Kabupaten Jember terkenal sebagai salah satu daerah penghasil tembakau utama di Indonesia.

Pantai Papuma, Jember, Jawa Timur

Salah satu objek wisata unggulan Kabupaten Jember yang memadukan keaslian pesona pantai dan hutan.

Jember Fashion Carnaval

Fashion Carnaval dengan tema trend fashion dunia tidak dimiliki oleh daerah lain, bahkan di dunia pun belum ada yang mengangkat potensi ini. Melalui penyelenggaraan event yang memiliki konsep yang jelas, SDM yang berkualitas, dan berkesinambungan, maka akan menjadi potensi unggulan yang nantinya dapat memberikan multiplier efek terhadap potensi lainnya.

Rabu, 30 November 2011

KRISIS ENERGI VS KRISIS PANGAN

Diam – diam saat ini sedang berkecamuk perang dahsyat antara energi dan pangan. Ibarat lingkaran setan tak berujung, krisis energi dan pangan terus menghantui dunia. Bagaimana tidak, banyak orang pintar yang dengan kreatifnya mengatasi krisis energi dengan membuat sumber – sumber energi alternatif yang berbahan baku dari produk pangan. Seperti energi alternatif yang di peroleh dari kedelai, ubi, singkong, gandum dan lain – lain. Dampaknya, tentu saja rawan krisis pangan dan harga pangan semakin melambung akibat kelangkaan.
Kedelai misalnya, tembus harga hingga Rp. 7.500/kg dari Rp. 3.450/kg. Maka jangan heran kalau bangsa ini justru bangga disebut “Bangsa tempe” atau dijuluki “bermental tempe”. Karena tempe saat ini termasuk barang mewah. Apalagi bahan bakunya pun impor dari negeri Paman Sam. Mahalnya harga kedelai terjadi akibat pengalihan minyak mentah dengan biofuel oleh Amerika Serikat.
Pada sisi lain, krisis energi memicu kelangkaan bahan bakar yang banyak dibutuhkan oleh industri pangan. Petani membutuhkan solar untuk traktornya, nelayan membutuhkan bahan bakar untuk melaut, dan pabrik pengolahan makanan butuh “pelicin” agar mesinnya bekerja. Maka dari itu kalau BBM kemudian langka dan mahal akan menyebabkan produksi pangan pun terseok – seok hingga mengancam kelangsungan hidup umat manusia.
Organisasi Kerja Sama Ekonomi Pembangunan (OECD) dan Organisasi Pangan Dunia (FAO) memprediksikan, 1 dasawarsa ke depan (2007 - 2016), bakal terjadi perubahan struktur dasar perdagangan komoditas pertanian secara permanent. Perubahan struktur ini akan mengimbas pada pergeseran pola konsumsi produk pertanian dunia. Perubahan pola konsumsi produk serealia akibat terus meningkatnya permintaan kebutuhan bahan bakar alternative dalam bentuk etanol dan biodiesel, mau tidak mau berpengaruh terhadap komoditas pertanian, seperti beras, jagung, gandum, dan kedelai, baik produksi maupun harganya.
Kondisi ini tak dapat dilepaskan dari situasi perpolitikan dan perekonomian dunia, terutama Amerika Serikat. AS yang menyumbang sekitar 30 % dari produk domestic bruto dunia harus diakui masih merupakan perekonomian terbesar, sekaligus juga pusat keuangan dunia. Dengan demikian, analogi “AS bersin, seluruh dunia ikut demam” masih berlaku. AS berusaha “menyelamatkan” diri dari kebangkrutan, dengan merekayasa harga minyak dunia. Selama ini, AS menguasai minyak dari hulu sampai hilir. Mulai dari perdagangan, teknologi eksplorasi, produk derivate bahkan modal. Walhasil kenaikan harga minyak dunia mampu menggelembungkan anggaran belanja AS yang sedang sekarat.
Di sisi lain, dunia pun sedang gencar merekayasa program pengembangan bahan bakar nabati (BBN), yang bersumber dari bahan pangan. Brazil misalnya telah mengkonversi 50 % tebunya untuk menghasilkan etanol. AS memproduksi besar – besaran etanol sekitar 23 % dari produksi jagung. Eropa memperkirakan produksi etanol sebanyak 15 miliar liter pada 2016.
Tingginya kebutuhan jagung, gandum, minyak nabati, tebu dan kedelai, menyebabkan berlakunya hukum ekonomi bagi petani. Komoditas yang paling banyak memberikan keuntungan akan diserbu, sedangkan komonitas lain kurang diminati. Akibatnya akan terjadi tarik menarik antara Food for food or Food for fuel. Lantas bagaimana seharusnya????

Indonesia kaya akan Sumber Daya Alam yang memerlukan adanya kearifan lokal agar terkelola dengan baik. Sayangnya kita belum memiliki suatu standardisasi yang mendasari suatu bahan pangan dapat terukur tingkat keefisienannya apabila dikonversi menjadi energi. Disisi lain dimana kondisi geografis mendukung sehingga menyebabkan tingkat variasi pangan yang sudah teramat banyak dan belum ada yang menonjol dari komoditi pangan yang kita miliki. Hal ini berimbas pada masalah krisis pangan dan krisis energi ini belum menjadi prioritas utama bagi masyarakat Indonesia. Meski demikian yang namanya krisis perlu ditangani dengan kepala dingin. Yaitu dengan fokus pada pemecahan satu masalah dan setelah satu masalah selesai kemudian pemecahan masalah lainnya. Fokus utama yaitu ketahan pangan setelah selesai dengan ketahan pangan yang kuat, lalu dilanjutkan dengan mewujudkan ketahanan energi. [RIA]

Sabtu, 05 November 2011

PEMANFAATAN LIMBAH TEMBAKAU

Tembakau merupakan salah satu jenis komoditas perkebunan yang mempunyai peran penting dalam perdagangan. Selama ini, pemanfaatan tamanan tembakau hanya pada daun, akan tetapi potensi bagian lainnya mempunyai daya jual yang tinggi, seperti gagang, batang, bunga, kulit, dan akar. Potensi tersebut belum termanfaatkan secara maksimal. pemanfaatan limbah yang tidak maksimal akan menyebabkan dampak pencemaran lingkungan.
Salah satu pemanfaatan limbah tembakau dapat dijadikan sebagai insektisida. Kandungan nikotin yang terdapat di bagian tumbuhan selain daun masih tinggi tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal. Nikotin sebanyak 5% yang terdapat dalam tembakau merupakan racun saraf kuat dan digunakan dalam racun serangga. Nikotin dirumuskan untuk keperluan insektisida dalam berbagai bentuk senyawa murni, nikotin sulfat dan serbuk tembakau. Akan tetapi dalam menentukan dosis yang diberikan harus sesuai dengan prosedur. Menurut Cassanova et al., (2002), nikotin murni dianggap beracun bagi mamlia dengan dosis letal sebesar 50 mg/kg. Selama ini, pemanfaatan nikotin untuk insektisida dalam bentuk nikotin sulfat dengan konsentrasi 40% cairan. Serbuknya dapat membuat iritasi kulit sehingga tidak sesuai jika digunakan pada tanaman pangan sehingga cocok digunakan untuk tanaman perkebunan dan holtikultura (Fauzan et al., 2008).  
Pemanfaatan nikotin sebagai insektisida masih terkendala tentang pengetahuan dan teknologi sehingga dibutuhkan penyuluhan dan publikasi informasi tentang penelitian komoditas terkait. Pembuatan insektisida salah satu dengan membuat ekstraksi nikotin. Ekstraksi tersebut memerlukan biaya yang tinggi sehingga kurang diminati oleh petani.
Peran pemerintah dalam upaya diversifikasi hasil olahan tembakau dalam pengetahuan petani dan pengadaan teknologi diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Pengetahuan dan teknologi tersebut mampu digunakan untuk mengolah limbah tembakau menjadi produk yang bersaing tinggi. selain itu, peran mahasiswa di bidang pertanian secara luas dapat juga mendapatkan menjadi penyalur informasi dari peneliti ke petani sehingga petani mendapatkan informasi sesuai penelitian dibidangnya [AAD]

PERANAN MAHASISWA IPB UNTUK PETANI TEMBAKAU JEMBER

Tembakau merupakan komoditas utama daerah jember sejak 1850 masehi. Orang yang pertama kali berperan aktif dalam perkembangan tembakau di Jember adalah George Birnie. Prospeknya potensi tembakau membuat perkebunan baru bermunculan. Kondisi yang meningkatkan kebutuhan tenaga kerja yang banyak sehingga diatasi dengan mendatangkan tenaga dari madura untuk bekerja di Jember. Perkembangan perkebunan tembakau melaju dengan pesat, dalam 25 tahun perkebunan tembakau berkembang 3 kali lipat.
Dewasa ini, potensi tembakau semakin menurun, baik dari segi produktifitas dan ekonomi. Produksi tembakau dalam 4 tahun terakhir ini mengalami fruktuatif (tabel 1). Hal ini dikarenakan curah hujan tinggi yang menyebabkan tembakau banyak mati sehingga diperlukan penamanan kembali (Pemerintah Daerah Kabupaten Jember, 2011). Selain itu, luas lahan yang menurun karena banyak petani beralih komoditas.

Tabel 1. Luas dan produksi tembakau di Jember
No.
Jenis Tembakau
Luas (Ha)
Produksi (Ton)
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
1.
Bes-NO
878,00
969,00
1334,00
485,00
1054,00
1318,00
1355,00
533,50
2.
Bes-NOTA
2148,00
2923,00
2496,00
2157,00
2112,00
3507,00
2146,00
2804,75
3.
TBN
1160,00
1300,00
1007,00
1439,00
1401,00
1554,00
1266,00
2014,60
4.
VO-Kasturi
6429,00
8985,00
9182,00
9235,00
9307,00
11841,00
11081,00
11082,00
5.
VO-rajang
2148,00
2197,00
1596,00
1404,80
2112,00
2401,00
1215,00
1404,80
6.
White Burley
34,00
319,00
264,00
170,00
54,00
454,00
317,00
255,00

12797,00
16693,00
15879,00
14890,80
16040,00
21075,00
17380,00
18094,65
Sumber : Pemerintah Daerah Kabupaten Jember (2011).

Potensi tembakau menjadi komoditas unggulan kabupaten Jember merpakan sumberdaya yang sangat berpotensi tidak dimanfaatkan secara optimal. Adapun potensi pertanian di Kabupaten Jember disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Potensi Perkebunan di Kabupaten Jember
Komoditas
Produktifitas (ton/tahun)
Tembakau
NO : 10.448,228
VO : 19.211,600
Pembibitan Nilam
1.500.000,000
Kopi
2.458,982
Karet
5.127,797
Kakao
2.246,870
Kedelai Edamame
2.151,700
Kedelai Mulimame
306,500
Kedelai Okra
95,450
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jember (2005).

Berdasarkan kondisi tersebut, maka potensi utama kabupaten Jember adalah tembakau. Akan tetapi, potensi yang melimpah tersebut mengalami penurunan. Menurut koran Nusantara (2010), produktifitas tembakau kabupaten mengalami penurunan. Semakin sempitnya lahan sekitar 25 persen per tahun berdampak dari tahun 2000 berdampak pada ekspor tembakau jember ke sejumlah negara eropa menurun. Selain itu, Pada tahun 2010 permintaan tembakau meningkat menjadi 6000 ton, namun baru terpenuhi sekitar 4000 ton.
Menurut Pemerintah daerah tahun 2011, permasalahan tentang keragaan tembakau jember antara lain : persaingan kualitas untuk bersaing dengan pasar internasional, belum ada bentuk hubungan sinergi antara petani dengan pengusaha, minimnya kemitraan yang membantu, belum terpenuhnya tuntutan persyaratan kualitas dari pembeli yang disebabkan oleh varietas dan teknik budidaya, belum ada perlindungan terhadap tembakau yang bersifat spesifik, modal petani terbatas, dan kampanye anti rokok.
Diantara permasalahan di atas, peningkatan produksi melalui penerapan teknologi serba guna, pembentukan kelompok tani komoditas tembakau, dan melakukan diversifikasi hasil olahan tembakau adalah solusinya. Solusi tersebut diharapkan mampu meningkatkan produksi tembakau. Penerapan teknologi yang ditemukan oleh para ilmuan di perguruan tinggi seperti mesin pengering otomatis, teknologi teknis tanam yang sesuai dengan kondisi iklim, dan menciptakan bibit unggul yang tahan cuaca.
Pembentukan kelompok diharapkan mampu meningkatkan harga tembakau di pasaran nasional dan internasional. Rendahnya harga tembakau salah satu nya dikarenakan petani masih tergantung dengan pasar. Akan tetapi hal tersebut dibalik dengan pasar sangat tergantung dengan petani. Kelompok petani tidak akan mau mengeluarkan tembakaunya apabila harganya tidak sesuai kehendak petani.
Dewasa ini, petani tembakau berorientasi bahwa tembakau hanya dapat dijadikan bahan baku rokok. Akan tetapi, dengan melakukan diversifikasi olahan tembakau dapat meningkatkan kesejahteraan petani karena harganya lebih mahal. Diversifikasi tembakau diantaranya dijadikan ekstrak nikotin, pestisida, dan obat. Tindakan diversifikasi sangat membutuhkan teknologi dan investasi yang tinggi sehingga dukungan semua pihak sangat dibutuhkan.
Peran mahasiswa IPB yang berbasik pertanian secara luas sangat diharapkan bisa membantu meningkatkan kesejahteraan petani tembakau di Jember. Mahasiswa sebagai media penyuluhan dan penghubung antara petani dan ilmuan pertanian di Bogor tersebut yang dibutuhkan. Selain itu, dukungan pemerintah daerah juga diharapkan mampu membantu dalam peningkatan program kerjanya. Dengan adanya semua dukungan tersebut diharapkan mampu memperjuangkan nasib pertanian di Jember secara luas [DEV].